Menjadi negara berkembang, Indonesia ternyata memiliki tingkat pengetahuan finansial dan pengelolaan yang sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei nasional literasi keuangan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2013. OJK menunjukkan hanya 21,84% masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat literasi keuangan baik dan memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

     Minimnya edukasi yang diperoleh menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap literasi keuangan. Pengetahuan ini sebaiknya sudah diterapkan pada masyarakat sejak usia produktif, yaitu 15 tahun. Namun sebenarnya, apa itu literasi keuangan? Secara keseluruhan, literasi keuangan dapat diartikan sebagai suatu rangkaian proses atau kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan konsumen maupun masyarakat agar mereka mampu mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik.

     Seperti kita sadari, di era globalisasi yang semakin maju, kebutuhan hidup semakin meningkat, bagaimana kita bisa mensejahterakan hidup dengan penghasilan dan pengeluaran yang kita miliki setiap harinya itulah yang membuat betapa pentingnya pengetahuan dalam mengelola kondisi keuangan. Oleh karena itu, masyarakat perlu diberikan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai hal yang terkait dengan masalah keuangan seperti pengenalan mengenai lembaga jasa keuangan, apa saja produk dan jasa keuangan, fitur-fitur yang terdapat pada produk jasa dan keuangan, manfaat dan resiko, serta hak dan kewajiban sebagai konsumen pengguna jasa keuangan. Kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam menghitung bunga, hasil investasi ataupun denda ditujukan agar masyarakat lebih memahami bahwa produk dan jasa keuangan tidak hanya semata-mata memberikan keuntungan. tetapi juga mengandung biaya-biaya yang harus ditanggung oleh konsumen.

     Dengan kesulitan terbesar masyarakat ini, salah satu perusahaan internasional penyedia jasa pembiayaan multiguna di Indonesia, PT Home Credit Indonesia tergerak untuk mendukung program OJK dalam meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya literasi keuangan. Hal ini bagus karena masyarakat Indonesia bisa dapat memahami pengetahuan keuangan yang lebih baik, sehingga dapat membuat perencanaan, membuat keputusan yang cerdas serta mengelola keuangan pribadi mereka.

     Awalnya Home Credit Indonesia melakukan program literasi keuangan di tahun 2014 dan berhasil mengedukasi lebih dari 515 orang. Dan di tahun 2016 ini, sudah tercatat 297 orang yang telah diberikan kelas literasi keuangan. Manfaat program literasi keuangan ini terima mulai dari generasi muda, mahasiswa, ibu rumah tangga, pelaku usaha kecil dan menengah, pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan swasta, bahkan karyawan perusahaannya sendiri.

     Yang paling utama masyarakat perlu ketahui adalah prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan. Dari sini, kita bisa mengidentifikasi antara kebutuhan dan keinginan, dimana kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus kita miliki karena menjadi prioritas dan keinginan adalah segala sesuatu yang ingin kita miliki namun bukan menjadi tujuan utama. Masyarakat cerdas pasti akan membangun perlindungan keuangan bagi keluarganya. Seperti memberikan asuransi pada si kecil atau menanamkan sifat ingin menabung sejak dini sebagai bekal di hari tua. Lalu buat anggaran belanja untuk individu dan keluarga. Pisahkan mana yang menjadi kebutuhan pribadi dan bersama. Mulai pikirkan bagaimana cara pengelolaan keuangan rumah tangga bagi pria atau wanita lajang yang akan segera menikah. Pikirkan ke depan jika akan memiliki anak hingga memasuki masa pensiun.

     Dengan bekal pengetahuan yang cukup mengenai pengelolaan kondisi keuangan ini, niscaya tidak akan ada lagi rasa khawatir terhadap masalah keuangan di hari ke depannya. Cerdasnya mengatur keuangan akan membuat kita tidak harus menghabiskan waktu untuk bekerja lagi di masa-masa pensiun dan tinggal menikmati hasilnya.